Senin, 31 Desember 2012

Essai : Standar Pemuda Idaman Pelopor Pembangunan Kota Payakumbuh Mendatang



By : Dirga Rahmad Effendi, Suci Wahyuni, dan Haniswita.
                   MAN 2 Payakumbuh

 
Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
 Itulah ungkapan Soekarno mengenai pemuda puluhan tahun yang lalu. Kalimat yang sederhana tapi mengandung makna yang dalam. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang pemuda. Dewasa ini, berbagai definisi bertebaran mengenai pemuda, baik dari segi fisik maupun psikis  serta pertanyaan apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Ditinjau dari segi pengertian, pemuda adalah setiap orang yang telah lepas dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pemuda memiliki banyak karakter. Berbagai karakter dari pemuda inilah yang akan membentuk suatu bangsa dimana pemuda itu berpijak. Dalam kaidah bahasa Qur’ani pemuda atau yang disebut asy-syabab didefinisikan dalam ungkapan sifat dan sikap seperti berikut.
1. Berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah Nabi Ibrahim AS yang tersirat dalam QS Al-Anbiya’ ayat 59-60.
2. Memiliki standar moralitas, berwawasan, bersatu, optimis, dan teguh dalam pendirian serta konsisten dengan perkataannya. Hal ini tergambar dalam kisah Ash-habul Kahfi.
3. Seorang yang tidak berputus-asa dan pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai. Seperti  digambarkan pada pribadi Nabi Musa AS.
Merambahnya teknologi – teknologi canggih ke berbagai wilayah di Indonesia bukanlah hal yang buruk. Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah perilaku kehidupan sebagian pemuda berubah menjadi konsumtif. Kebanyakan pemuda terlena dengan kecanggihan teknologi dewasa ini. Contohnya handphone. Survey membuktikan bahwa pengguna handphone terbanyak berasal dari kalangan remaja. Larangan khusus bagi pemuda untuk tidak menggunakan handphone tentu saja tidak ada. Hanya saja  disayangkan, para pemuda selalu berlomba-lomba untuk memiliki handphone dengan mode terbaik. Jadi, tidak mengherankan jika seorang pemuda memiliki tiga handphone atau lebih.
Bangsa ini, khususnya Kota Payakumbuh tidak membutuhkan pemuda yang memiliki daya konsumtif yang tinggi. Kota ini membutuhkan para pemuda yang memiliki daya kreativitas dan inovasi untuk kemajuan di masa mendatang. Para pemuda seharusnya mulai berpikir untuk menciptakan dan mengurangi perilaku mengonsumsi. Mungkin ini akan terdengar aneh bagi sebagian orang. Bagaimana mungkin seorang  siswa atau mahasiswa mampu melakukan suatu inovasi ? Bukankah kita pernah mendengar atau membaca, dimana ada kemauan pasti ada jalan yang terbentang. Di negara lain pun, tidak sedikit kita temukan pemuda – pemuda yang mampu melakukan perubahan untuk daerahnya, negaranya, bahkan melakukan perubahan pada dunia. Jadi apa salahnya untuk mulai mencoba melakukan suatu perubahan yang positif.
Waktu merupakan karunia yang tidak ternilai harganya. Waktu menjadi pengukur terhadap kesuksesan dan kegagalan. Orang yang berhasil adalah orang yang memanfaatkan waktunya dengan baik untuk meraih cita-citanya. Dewasa ini, para pemuda menghabiskan waktu dengan hal-hal yang kurang bermanfaat,  bahkan bisa dikatakan tidak bermanfaat sama sekali. Suasana malam tahun baru dijadikan sebagai ajang hura-hura. Survey membuktikan bahwa Kota Payakumbuh berada di peringkat kedua sebagai kota yang teramai dalam perayaan malam tahun baru. Siapa lagi kalau bukan pemuda yang meramaikan acara ini. Selain itu, hampir setiap remaja menghabiskan waktunya dengan jejaring sosial seperti facebook, twitter, chatting, dan sebagainya. Jika kesadaran akan waktu masih belum terpatri dalam diri setiap pemuda, mustahil suatu kebangkitan akan diraih.
Jika saja kita mau bercermin ke masa lalu, betapa disiplinnya orang-orang yang telah mengubah dunia dengan waktu yang mereka miliki. Kita bisa mencontoh salah satu tokoh islam, Ibnu Rusyd yang selama hidupnya hanya dua malam yang tidak digunakannya untuk belajar, yaitu saat malam pernikahannya dan malam meninggal ayahnya. Ia adalah salah satu orang yang telah mewarnai peradaban dunia. Ia telah mewariskan banyak sekali karya yang hingga saat ini pun  masih terasa manfaatnya. Semua prestasi itu disebabkan kesadaran yang begitu tinggi untuk memanfaatkan waktu. Pemuda seperti inilah yang sedang diidamkan oleh Kota Payakumbuh.
Man jadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh itulah yang mendapat. Prinsip inilah yang harus tertanam dalam jiwa para pemuda. Untuk mendapatkan suatu perubahan yang berarti, para pemuda harusnya menerapkan prinsip Going The Extra Miles atau yang dikenal dengan prinsip tidak menyerah dengan rata-rata yang ada.  Jika orang berlari sejauh 2 km, maka ia harus berlari 5 km dan jika orang menyerah dalam waktu satu tahun, ia tidak akan berhenti dalam waktu lima tahun. Para pemuda yang menerapkan prinsip ini tidak akan mengizinkan dirinya dipengaruhi oleh unsur luar yang  berbau negatif. Mereka tidak akan sedih, kecewa, atau marah dengan keadaan luar karena mereka selalu percaya kekuatan pikiran merekalah yang harusnya menguasai diri mereka. Pemuda seperti inilah yang dipercaya membangun kota ini menuju perubahan yang lebih baik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kota Payakumbuh membutuhkan para pemuda yang berdaya kreativitas dan inovasi yang tinggi, memiliki kesadaran yang tinggi dalam memanfaatkan waktu, dan para pemuda yang mau berusaha di atas rata-rata orang lain. Mereka akan selalu memandang halangan sebagai motivasi untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka tidak hanya bertanya kapan perubahan itu terjadi. Tetapi mereka yang bergerak agar sebuah perubahan menjadi nyata. Mereka tidak akan pernah melupakan kuasa Tuhan. Karena mereka yakin, Tuhan lah yang menentukan akhir dari suatu perjuangan.